Kebenaran Berselingkuh


gambar di atas di pinjam dari :   http ://bayex.files.wordpress.com/2009/01/selingkuh-1.jpg



Selingkuh, merupakan kata-kata yang tidak diinginkan di setiap hubungan. Entah itu pertemanan, hubungan percintaan, bahkan dalam relasi bentuk apa pun. Selingkuh diartikan sebagai bentuk pengkhianatan akan sebuah komitmen yang telah disepakati.
Namun, perselingkuhan bisa menjadi awal mula ”jalan introspeksi” diri dalam menjalin suatu hubungan. Apakah kita sudah menjadi orang yang cukup baik dalam membina suatu hubungan, tidak baik, atau malah kategori orang yang tidak memiliki ketrampilan sama sekali untuk membina hubungan?

            Setiap perselingkuhan pasti akan menuai konflik dan menimbulkan rasa sakit-rasa sakit yang bisa memicu kebencian. Kebencian yang akan mengikis kasih yang besar, rasa cinta yang dalam, dan yang pasti akan memudarkan kepercayaan yang telah kita tanam pada seseorang. Kalau pun rasa sakit itu bisa sembuh, tentunya waktu menjadi obat paling mujarab untuk memberi pemaafan atas kesalahan besar tersebut. Tinggal berapa waktu yang kita butuhkan. Lama atau singkat. Akan tetapi, kepercayaan yang diberikan setelah itu, tak akan pernah sama seperti sebelumnya. Turun drastis, bahkan rasa percaya itu akan hanya menjadi sekedar formalitas, embel-embel dari pemberian maaf. Karena pada dasarnya, sebuah luka akan selalu meninggalkan bekas, bukan?!

Tapi, ada satu hal yang sering terlewatkan dan jarang ditelusuri apa sebenarnya latar belakang dari perbuatan selingkuh itu. Pernahkah kita mencoba berfikir mengapa perselingkuhan itu terjadi?

Pernah ingat, beberapa kasus yang memprihatinkan muncul di televisi, ketika seorang suami tega menembak istrinya yang diduga berselingkuh dengan tetangganya. Padahal kita tidak tahu, apakah memang terjadi perelingkuhan antara sang istri dan si tetangga. Atau cerita, seorang istri yang menyiram suaminya dengan air panas, karena disangka ada ”main gila” dengan wanita lain. Kita sebagai penonton berita memang tidak tahu pasti, kronologis kejadian perselingkuhan itu. Sudah berapa lamakah sang suami mencurigai istrinya berselingkuh. Perselingkuhan seperti apa yang dilakukan suami yang disiram air panas. Kita sebagai penonton hanya diberi kesimpulan berita yang durasinya paling mentok satu menit, dan di narasi berita itu, terdengar kata ”diduga”. ”Seorang suami menyiram air panas ke istrinya yang diduga berselingkuh”, itulah sebaris kata-kata yang sering terdengar dalam pemberitaan perselingkuhan. Praduga-praduga yang dibeberkan. Tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu dari orang yang dianggap ”pelaku”.

 Bukannya memberi pembenaran pada perselingkuhan, karena yang namanya selingkuh, sama dengan khianat adalah suatu kesalahan. Tapi coba, dengan segala kerendahan hati, sedikit bersabar, dan mau menahan emosi, mencoba mencari tahu kenapa sesuatu yang tidak diinginkan ini terjadi.

Mungkin contoh peristiwa di atas terlalu ekstrim dan akibatnya sangat menyedihkan. Jika kita mengamati lingkungan sekitar, yang paling sederhana sajalah, mendapati seorang teman yang curhat pada kita tentang love relationship yang bermasalah karena orang ketiga.  Mereka bercerita mengebu-gebu, penuh amarah, rasa kesal dan jengkel, menyalahkan pasangan mereka yang berselingkuh. Tidak terima di duakan, ditiga, diempat, atau diberapakan. Tergantung berapa orang yang lain yang dipacari oleh pasangan teman kita itu (Sempat ya, memacari sekian orang sekaligus?). Atau saat kita melihat program televisi ”Orang Ketiga” yang katanya reality show itu. Diakhir acara kita mendapati, si pengintai, saya menyebut demikian, orang yang menjadi detektif dadakan, mengikuti kegiatan-kegiatan orang-orang yang dikira berselingkuh itu. Dan di akhir acara, setelah kisah perselingkuhan terkuak, si pengintai dengan emosi yang besar, terlihat kalap, tidak terkontrol, marah besar atas tindakan orang yang diintainya. Mereka meluapkan kekesalan dengan pukulan jika pengintainya laki-laki, atau kalau si pengintai perempuan, sudah pasti ada adegan menjual air mata. Para pengintai itu melontarkan umpatan, menyalahkan target intaian mereka ”Kenapa kamu tega menyelingkuhi saya?” atau ”Seharusnya kamu tidak melakukan hal itu !”.

  Rasa tidak terima itu wajar, siapa sih yang mau dikhianati?! Tapi alangkah baiknya kita menyingkapi kejadian yang menyakitkan ini dengan lebih bijak, tidak dengan amarah yang brutal, meskipun sulit sekali untuk dilakukan. Sekali lagi, dengan menahan emosi, mencari tahu kenapa pasangan kita berselingkuh. Apakah karena kita menjadi seseorang yang tidak seperti yang diharapkan oleh pasangan kita? Apakah kita tidak punya cukup waktu untuk membina hubungan dengan pasangan kita? Apakah kita terlalu sibuk untuk memiliki waktu bersama pasangan kita? Apakah kita menjadi tidak menarik di mata pasangan kita, karena orang lain? Apakah kita menjadi seseorang yang membosankan setelah sekian lama menjalin hubungan dengan pasangan kita, dan menyebabkan pasangan kita tertarik orang lain? Atau, apakah sebenarnya pasangan kita sudah ingin mengakhiri hubungan dengan kita, tetapi tidak tahu cara mengkomunikasikannya? Dan keburu suka dengan yang lain. Atau yang paling menyebalkan, karena memang pasangan kita memiliki bakat untuk berselingkuh.

Dari pertanyaan spele hingga berat, selayaknya muncul di benak kita untuk menjawab alasan perselingkuhan tersebut. Inilah jalan instrospeksi diri yang menyakitkan. Baik itu untuk kita sendiri atau pun untuk pasangan kita. Ya, jika dari pertanyaan-pertanyaan itu bisa membuat kita lebih memperbaiki diri dan juga pasangan.  Tapi kalau tidak, pastilah harus diakhiri. Pertanyaan-pertanyaan di atas, mampu menjadi jembatan untuk mengetahui seberapa baikkah kita sebagai individu pelaku hubungan interaksi lawan jenis, memiliki kapabilitas yang cukup untuk menjaga kelangengan suatu hubungan.

Ketika perselingkuhan dilakukan oleh pasangan kita, seringkali kita menyalahkannya. Terlalu gengsi, bagi sebagian besar orang untuk kembali berkaca dan menanyakan pada dirinya sendiri. Benarkah kemenduaan tersebut, memang kesalahan pasangan kita. Terlalu naif, saat kita selalu merasa benar, karena kita merasa diri kita sebagai korban, bukan pelaku. Tapi, sangat jarang bukan, kita berfikir apakah kita turut menyumbangkan dan memberi ”dukungan” dengan berperilaku tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pasangan.

Perselingkuhan sebagai salah satu jalan berintrospeksi diri merupakan suatu kesimpulan yang mungkin tidak pas untuk beberapa orang. Tapi, jika mungkin hal ini terjadi, sebaiknya kita lebih bijak mengambil keputusan dalam suatu hubungan. Duka atau bahagia, dalam menjalin suatu hubungan, merupakan proses dan cara yang natural untuk mengajari kita lebih terampil dalam menyingkapi segala hal yang mungkin terjadi dalam relationship of love.

Tulisan ini dibuat, bukan sebagai pelegal perselingkuhan, tapi paling tidak mensuport kita untuk berfikir dengan kepala dingin ketika menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

jacooakey said...

Coin Casino | No Deposit Bonus Code
Coin Casino 인카지노 no deposit bonus codes. Play casino games with free spins and bonus money. No deposit needed! Play for 메리트 카지노 쿠폰 real with no deposit หารายได้เสริม required. Rating: 2.6 · ‎Review by Casinoowed