inilah pintu..di mana berseliweran putih2..
"Tak tau harus bagaimana lagi, mengendalikan nafsu ini...nafsu untuk pergi sendiri. mengikuti langkah kaki yang harus berkompromi dengan isi kantong."
Bepergian itu menyenangkan....dan saya harus melakukannya lagi...dan lagi- di malam hari sehabis browsing
Hari ini, saya membaca(lagi) beberapa blog orang-orang yang menulis tentang cerita-cerita travelling mereka. Mengasyikkan membaca pengalaman yang mungkin tidak semua orang bisa merasakan. Seketika itu juga, muncul rencana membuat daftar tempat-tempat yang sepertinya asik untuk dikunjungi untuk beberapa bulan ini. Mupeng(muka pengen) yang bisa terlihat di wajah saya saat ini. kepuasan yang didapat setelah sampai ke tempat yang diingini, dan membuktikan apakah yang saya lihat sama dengan referensi yang saya baca, itu tujuannya.
Sepulang magang dari Surabaya, saya berencana pergi ke tempat kakak di Bandung, karena sudah setahun tak ke sana. Ah, licik memang memilih magang di luar kota. Sebelumnya orang tua menyarankan di Solo saja, biar dekat. Saya pun beralasan, "Di Solo sih boleh, tapi lebih baik lagi kalau di kota lain, sekalian cari pengalaman." itu yang saya bilang ke bapak ibu. saya rasa, teman-teman seangkatan yang juga magang beralasan yang sama pada orang tua mereka(khusunya yang ga' kost). Ditambah lagi "Itu saran dari Ketua Jurusan untuk magang di kota besar." Pinter banget ngeles-nya. Yah, orang tua pun mengiyakan permintaan saya. Hmm akhirnya. Kalo untuk urusan sekolah, ga pernah ada protes deh. tapi kalo pergi untuk urusan maen, dibolehin tapi syaratnya segudang. capek deh, ya.
Alasan pribadi pergi ke luar Solo yaitu, bisa maen-maen sesuka hati. Pertama sempat terpikir Jogja, tapi terlalu dekat ah.. ntar tiap minggu pasti disuruh balik Solo, sama juga bo'ong(keliatan badungnya).Berpikir lagi memilih Jakarta. Saran ortu juga, karena ada saudara dan bla..bla..bla..Akhirnya masukin lamaran magang ke Jakarta dan Surabaya. yah, tapi apa dinyana ternyata nasib tak berpihak pada saya dan Jakarta. ha..ha..ha..
Surabaya lah yang terpilih. Merasakan hidup sendirian..tapi sangat menyenangkan. Sepulang dari Surabaya, rehat sejenak karena masih masa libur kuliah. Tak tau kenapa tiba-tiba nekat pergi ke Semarang. Inilah kekonyolan dimulai. Konyol karena, sampai umur segini, masih sering takut-takut minta izin untuk pergi ke luar kota kalo tujuannya maen. Sehari sebelumnya, sudah prepare pergi ke Semarang sendirian. Yang dipikiran, gimana pamitan sama ortu, ya?. Dan akhirnya, saya pamitan pergi ke kampus. Hmm..Sabtu-sabtu ke kampus, padahal kan Sabtu Minggu libur. Kemudian bingung, minta tolong siapa buat nganterin ke terminal. Males banget kalo naek bis dalam kota ke Tirtonadi, karena otomatis bakal ketahuan bo'ongnya. Soalnya ke kampus biasa bawa motor. tapi kalo naek motor ke Tirtonadi, motorku mau digimanain. Akhirnya, temanku yang baik, Nurul(thanks udah bekerja sama), membantuku.
Awalnya sie, minta mau minta tolong dianterin ke terminal. Eh, iseng2 saya ajak untuk ikut colut dari rumah. Kirain ditolak, eh malah dianya setuju. Kami berdua mulai merencanakan alasan apa yang akan diajukan ke ortu. Nurul bilang ke ibunya ke kampus(padahal juga libur). Saya bilang ke ortu juga ke kampus. padahal kampus kita beda. Saya di UNS, teman di UMS. Lha trus, tak kehilangan akal, saya bilang kalo organisasi di kampus kita ngadain kerjasama untuk menggelar satu event. Jadi, ini meeting bareng. Hmm...dalam hati cuma bisa minta ampun sama Gusti Allah karena udah bo'ong dan selalu karena birokrasi ke luar kota.
Alhasil, dapet ijin dan pergilah kami menuju kampus UMS. Lho kok, ga jadi ke terminal? Skenario berubah. Berhubung teman menjemput saya. Rute perjalanan diawali dari kampus Islam di Solo itu. kami pergi ke kostnya teman Nurul, Erna, untuk menitipkan motor. Ternyata ada untungnya juga ya, Erna ngekost lagi(sebelumnya nebeng di rumah Nurul 6 bulan lamanya). Sesampai di kost, Erna ternyata balik ke Wonogiri, tapi dengan pe-de Nurul ngloyor masuk parkiran kost terus naroh motornya di tempat itu. Heran juga, kaya dia yang kost di situ. Saya iseng nanya "emang boleh nitip motor? Emang ga pa-pa?". Jawab Nurul : ga papa lah. Boleh aja, kok."
Lalu saya bertanya lagi : "emang kamu kenal sama anak-anak kost sini? kan Erna-nya ga' ada.
Jawab Nurul : "Ga kenal, tuh. ya, ga usah bilang donk. taroh aja motor di sini. Ntar kita ambil lagi. kan nitip ga ada sehari"
Saya : tak bisa berkata-kata karena keheranan...
Lalu, kami jalan kaki ke tempat mangkal bis di depan Careffour dekat UMS. Ah, ngetam bis lama banget. Setengah jam kemudian dapat bis deh. Dan duduk di kursi paling belakang. Huff. Predisksi, perjalanan sekitar 2 jam. Kami berangkat pukul 08.30. jadi, kira-kira nyampe semarang pk 10.30...
Tapi meleset, ga tau knapa.bis berjalan lambat bagi saya. Entah karena penegn buru-buru nyampe Semarang atau karena bis juga sering berhenti nyari penumpang. Tapi rasanya, perjalanan lama banget. padahal cuma Solo-Semarang.
Di dalam bis pun, hati semakin tak tenang. Lama banget , ntar bisa pulang ke Solo tepat waktu ga ya? Itu yang selalu mengusik hati. Karena memang ga' bisa nginep(alasan pamit ke kampus tadi)
2 jam lebih...setelah itu
Akhirnya pun, sampe juga di Semarang
Huffhh..kebingungan lagi. ke semarang tapi tak ada tujuan. bodohnya kami, pengen jalan-jalan tapi tidak menetukan tujuan yang pasti. Setelah tanya sana sini, tentang jarak terminal, kota lama, dan simpang lima. Akhirnya lawang sewu dan kota lama yang dipilih. Seperti baru pertama kali ke Semarang saja (baru pertama kali naek bis umum ke Semarang-red). Sungguh ndeso, karena biasanya pergi ke ibukota jawa Tengah itu, rombongan atau pergi naek mobil pribadi sama teman2 plus sopir. Jadi, tak ambil pusing mikir jarak dlsb.
kami pun jalan-jalan di Lawang Sewu plus pengen buktiin seseram apa bangunan peninggalan Belanda yang konon banyak hantunya itu. Kayanya aman-aman ajah. sebelumnya, seorang teman lain mewanti-wanti, hati-hati kalo ke Lawang sewu ntar bisa di tempel, lho. maksudnya, di tempel apa? ditempel hantu, kata teman saya. Ah, masa sie, ucap dalam hati. tapi tetep ga' boleh sok-sokan jadi pemberani. Kulonuwun dulu lah yaw...
dan sesi foto-foto pun di mulai
kurang dari 1 jam, kami berada di Lawang Sewu..berkeliling dan mencoba membuktikan "kesangaran" gedung berhantu itu. tapi, tak ada fenomena apa-apa. Saat itu, di sana ada pameran foto dan archeology. terus juga banyak wistawan rombongan yang berkunjung. Mungkin ini yang menjadi salah satu penyebab tak ada hal-hal mistis yang muncul. Kan katanya, setan takut sama manusia.heheh..katanya sie gitu. Mungkin itu salah satu faktor, sebab siang itu ramai pengunjung. Atau karena siang hari, jadi setan-setan tak muncul. Ah, tak tau saya.
Tapi seorang guide yang memandu rombongan salah satu SMA yang sedang jalan-jalan di Lawang Sewu menuturkan. pengen liat yang aneh-aneh ya waktu malam hari, lah. Memang betul, kata bapak yang satu itu.
saya jepret sana-jepret sini dengan camdig yang saya bawa. Pengen buktiin juga, apa bener setan, kalo kita lagi foto-foto, bisa terekam. Katanya lagi, kadang mahkluk halus itu, sengaja menampakkan diri di frame foto..tapi ternyata juga tidak terbukti di hasil sesi foto-foto itu.
Kami sengaja ngintili guide. Biar tau jalan, keluar ke pintu utama. Huh...sempet nyasar dan masuk ke ruangan-ruangan yang ga' banget menurut saya. Masuk ke loteng yang banyak kotoran burungnya.Ufhhh...
Selain itu, karena ngintili guide yang disewa orang lain, biar dapet info gratis tentang Lawang Sewu. maklum, jalan-jalan irit bin pelit, jadi ga perlu sewa guide. nah, Si Bapak Guide ini meski agak judes, karena rupanya tahu kami ngintili rombongan mereka, membuat semacam pembuktian kalo tempat itu menjadi sarang mahkluk halus. Si bapak guide menggunakan fitur video hp seorang anak S dan merekamnya di barisan pintu yang menghubungkan ruangan satu dengan yang lain.
Video di play dan anak-anak sma disuruh memperhatikan rekaman itu. Saya heran, apa yang ebenarnya direkam, soalnya ga' ada orang lewat. Pintu benda mati direkam untuk apa? Saya nyuri-nyuri liat rekaman itu juga. He..he..he..
Si bapak nyuruh untuk ngliatin rekaman itu terus menerus. Apaan sie ? pikir saya, ko instruksinya ga' jelas gitu. Tapi setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata lewat rekaman video itu, kami(saya, teman, dan rombongan murid-murid SMA itu) melihat kelebatan-kelebatan putih wira wiri di barisan pintu. Ouch, ternyata itu yang dimaksud si Bapak Guide. Hmm..cukup mengagumkan juga. Mungkin kalo membuktikan waktu malam lebih seru kali yah. tapi, saya tak punya keberanian sebesar itu. Bisa pingsan lah..emangnya ikut uji nyali.
yah..kami pun segera mencari jalan utama untuk keluar dari lawang sewu. Sesudah mengisi angket pengunjung, dan say hay dengan bapak penjaga pintu, kami langsung cabut menuju kota lama. tapi eits, di luar kami menemukan lokomotif yang dipajang di halaman area lawang sewu. The next foto2 session.
Waktu menunjukkan pukul 12.30 an..
dan kami bergegas tanya sana sini, utnuk cari tahu bisa apa yang bisa menghantarkan kami berdua ke kota lama. Pas, ga' sampai 10 menit, bis yang kami butuhkan lewat. Berangakat menuju kota lama. di dalam bus, saya berbincang-bincang dengan kondektur.
Kondektur : dari mana, mbak? Mau ke mana?
Saya : dari Lawang Sewu mau ke kota lama. Jauh ya, Pak tempatnya?
Kondektur : Lumayan sie...Asalnya dari mana? (sepertinya tahu saya bukan orang Semarang)
Saya : dari Solo, Pak. iseng maen ke Semarang.
Kondektur : maen ko jauh-jauh..
Saya : udah bosen sama Solo, pak. Pengen maen yang jauh......
Dan diteruskanlah perbincanagn itu. membahas lokasi ini itu yang dilewati bis. Hmmm..dapat guide lagi. Kondektur juga ngaih tau toko yang menjual barang-barang kuno. tapi sayang, saya ga bisa mampir karena "di buru waktu".
Sesampainya..di lokasi kota lama..kebingungan lagi..heehe. Hari libur penuh kebingungan. Inilah akibat jalan-jalan tak direncanakan secara matang. kami hanya menuruti langkah kakai yang membawa kami pergi(huekkk)..
Jalan...jalan..dan jalan. Menemukan rumah-rumah kuno yang mengesankan, meski tak terawat dan Si Gereja Blenduk..saya suka arsitektur rumah ibadah dari masjid, gereja, klenteng, vihara dlsb. foto-foto session ketiga di mulai. freak sama gereja, terus saya dianggep aneh sama teman. Katanya, saya muslim tapi kok malah ngunjungin gereja dulu, kok ga masjid Layur atau Masjid kuno yang tadi sempat kami lewati saat perjalanan ke kota lama. kamu Islam apa khatolik? Islam lah, jawab saya enteng. Meski raut muka, teman saya masam saat saya masih melanjutkan sesi foto di Depan Gereja itu
Puas, foto-foto, kami lanjutkan jalan melihat-lihat bangunan kuno. Tapi tiba-tiba perut lapar. Mau makan di mana yang, enak, murah, dan tidak membahayakan kesehatan. Soalnya di sekitar kota lama, ada tempat makan bersih, tapi tentu mahal, karena di situ pengunjungnya bule-bule. Ah....susah deh. Kemudian, saya mencari-cari lagi, ada ga tempat makan lain. Ketemu, warung kecil yang menjual makanan seperti kikil sapi. Mmm, kayaknya eneg, dari tampilannya saya tak begitu suka. Dan pilihan jatuh pada tukang siomay, yang sedang berjualan di depan warung. Ngenes, jauh-jauh ke Semarang tetep belinya siomay. Plus memesan dua es teh ke di warung itu. karena sungkan tak jadi beli makanannya. Plus kami berdua nebeng makan di warung itu.
Kami pikir, makanan dari sapi itu, harganya paling lima ribuan. Eh, setelah nguping pembicaraan penjual dan pembeli di situ. satu porsi harganya Rp 30.000,00. Hah, tersentak dalam hati. Mahal amat. mahal memang relatif sie, tapi bagi saya dengan packaging seperti itu, harganya kok mahal. Untung, ga jadi beli. Maklum, perjalanan irit bin pelit.
Rencana pulang!!!!!
Tapi, saya mesti sholat dulu, tapi di sekitar situ ga' kelihatan masjid. Bertanya..dan bertanya. Dapatlah satu informasi ada musholla di dekat rumah dinas polisi militer. Setelah selesai sholat, kami bergegas mencari angkot untuk sampe ke terminal. Jaln..jalan..dan jalan. Tanpa sengaja menemukan art gallery. Berkunjunglah, kami berdua ke sana. Foto-foto, liat lukisan, dan patung-patung.
Tiba-tiba liat jam, sudah menujukkan 14.30 WIB. Huaaaa.. bakal ga' nyampe Solo dengan "selamat". Telat. Langsung kami cepat-cepat nyari angkot. angkot di Semarang dan Solo beda jauh. tapi harga masih terjangkau kok. Rp 2000,00.
pengennya turun di daerah Dr.Cipto. Saya ga' tau tempat itu di mana. dari informasi penjual makanan dari bahan sapi tadi, kalo mau cari bis Semarang-Solo, mangkal saja di situ. Tapi baru setengah jalan, ga' sengaja ketemu bis Safari(Semarang-Solo). Kami gedibukan minta berhenti dari angkot, lalu naik ke bis itu, tanpa lupa membayar ongkos angkot pastinya.
Uh, naek bis juga. tambah deg-degan, karena sudah hampir jam 15.00 WIB. bisa ga ya nyampe Solo jam 17.00 WIB ?
Perjalanan pulang yang biasany terasa lebih cepat dari berangkat. kali ini terasa semakin lambat. Bisnya berhenti terus, padahal katanya patas..uhhh. Sabar dan tenang, sambil membayayangkan ekspresi kedua orang tua kalo nanti nyampe rumah.
tambah deg..degan karena teman saya juga panik, khawatir kena wejangan ibunya. perjalanan semakin lambat, saat di daerah Salatiga. Udah jalannya berkelok-kelok..smakin terasa lama. Bersabar dan bersabar di dalam bis. namun, di bis kali ini ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Kondekturnya perempuan. keren ga' sih. Saya baru pertama lihat kondektur perempuan, badan tinggi besar, dan sedikit kelihatan garang. Cucok jadi kondektur. Saya perhatiin kondektur itu. Dari minta ongkos ke penumpang, nulis tiket, nyariin tempat duduk ke penumpang yang baru masuk bis. Sampai teriak-teriak ngasih instruksi sopir untuk jalan atau berhenti. Dasyat, perempuan tenaga laki-laki, pikir saya. Sampai pada satu adegan di mana kondektur perempuan ini, duduk beristirahat, menghitung uang, dan saya perhatikan mukanya terlihat kecapaian.
dalam hati, saya cuma mbatin, dia udah nikah belum ya? suaminya ke mana? kok ampe kerja kaya begini? Kalo sudah menikah dan punya anak, kasihan anaknya donk, ditinggal terus. Butuh perjuangan utnuk dapat sepiring nasi...tangguh benar kondektur itu..
Dan kami sampai di UMS, ambil motor, cap cus pulang. Sampai di rumah...ditanya ortu : kok pergi seharian ?
Saya jawab : "lagi rapat buat persiapan event, jadi lama.." (alasan ga' logis kan)
Tapi untung ga' di tanya2 lagi. Alhamdullilah dan skali lagi mohon ampun sudah bohong(lagi) karena suka pergi..pergi..
Puas, foto-foto, kami lanjutkan jalan melihat-lihat bangunan kuno. Tapi tiba-tiba perut lapar. Mau makan di mana yang, enak, murah, dan tidak membahayakan kesehatan. Soalnya di sekitar kota lama, ada tempat makan bersih, tapi tentu mahal, karena di situ pengunjungnya bule-bule. Ah....susah deh. Kemudian, saya mencari-cari lagi, ada ga tempat makan lain. Ketemu, warung kecil yang menjual makanan seperti kikil sapi. Mmm, kayaknya eneg, dari tampilannya saya tak begitu suka. Dan pilihan jatuh pada tukang siomay, yang sedang berjualan di depan warung. Ngenes, jauh-jauh ke Semarang tetep belinya siomay. Plus memesan dua es teh ke di warung itu. karena sungkan tak jadi beli makanannya. Plus kami berdua nebeng makan di warung itu.
Kami pikir, makanan dari sapi itu, harganya paling lima ribuan. Eh, setelah nguping pembicaraan penjual dan pembeli di situ. satu porsi harganya Rp 30.000,00. Hah, tersentak dalam hati. Mahal amat. mahal memang relatif sie, tapi bagi saya dengan packaging seperti itu, harganya kok mahal. Untung, ga jadi beli. Maklum, perjalanan irit bin pelit.
Rencana pulang!!!!!
Tapi, saya mesti sholat dulu, tapi di sekitar situ ga' kelihatan masjid. Bertanya..dan bertanya. Dapatlah satu informasi ada musholla di dekat rumah dinas polisi militer. Setelah selesai sholat, kami bergegas mencari angkot untuk sampe ke terminal. Jaln..jalan..dan jalan. Tanpa sengaja menemukan art gallery. Berkunjunglah, kami berdua ke sana. Foto-foto, liat lukisan, dan patung-patung.
Tiba-tiba liat jam, sudah menujukkan 14.30 WIB. Huaaaa.. bakal ga' nyampe Solo dengan "selamat". Telat. Langsung kami cepat-cepat nyari angkot. angkot di Semarang dan Solo beda jauh. tapi harga masih terjangkau kok. Rp 2000,00.
pengennya turun di daerah Dr.Cipto. Saya ga' tau tempat itu di mana. dari informasi penjual makanan dari bahan sapi tadi, kalo mau cari bis Semarang-Solo, mangkal saja di situ. Tapi baru setengah jalan, ga' sengaja ketemu bis Safari(Semarang-Solo). Kami gedibukan minta berhenti dari angkot, lalu naik ke bis itu, tanpa lupa membayar ongkos angkot pastinya.
Uh, naek bis juga. tambah deg-degan, karena sudah hampir jam 15.00 WIB. bisa ga ya nyampe Solo jam 17.00 WIB ?
Perjalanan pulang yang biasany terasa lebih cepat dari berangkat. kali ini terasa semakin lambat. Bisnya berhenti terus, padahal katanya patas..uhhh. Sabar dan tenang, sambil membayayangkan ekspresi kedua orang tua kalo nanti nyampe rumah.
tambah deg..degan karena teman saya juga panik, khawatir kena wejangan ibunya. perjalanan semakin lambat, saat di daerah Salatiga. Udah jalannya berkelok-kelok..smakin terasa lama. Bersabar dan bersabar di dalam bis. namun, di bis kali ini ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Kondekturnya perempuan. keren ga' sih. Saya baru pertama lihat kondektur perempuan, badan tinggi besar, dan sedikit kelihatan garang. Cucok jadi kondektur. Saya perhatiin kondektur itu. Dari minta ongkos ke penumpang, nulis tiket, nyariin tempat duduk ke penumpang yang baru masuk bis. Sampai teriak-teriak ngasih instruksi sopir untuk jalan atau berhenti. Dasyat, perempuan tenaga laki-laki, pikir saya. Sampai pada satu adegan di mana kondektur perempuan ini, duduk beristirahat, menghitung uang, dan saya perhatikan mukanya terlihat kecapaian.
dalam hati, saya cuma mbatin, dia udah nikah belum ya? suaminya ke mana? kok ampe kerja kaya begini? Kalo sudah menikah dan punya anak, kasihan anaknya donk, ditinggal terus. Butuh perjuangan utnuk dapat sepiring nasi...tangguh benar kondektur itu..
Dan kami sampai di UMS, ambil motor, cap cus pulang. Sampai di rumah...ditanya ortu : kok pergi seharian ?
Saya jawab : "lagi rapat buat persiapan event, jadi lama.." (alasan ga' logis kan)
Tapi untung ga' di tanya2 lagi. Alhamdullilah dan skali lagi mohon ampun sudah bohong(lagi) karena suka pergi..pergi..
1 komentar:
kesel rak mbak??..
apik mbak critane,koyo moco film seng di novelke.
two tumb
Post a Comment